Osteopenia

Osteopenia

5 mins read

Bayangkan tulang Anda sebagai kerangka kuat yang menopang tubuh Anda setiap hari. Namun, apa yang terjadi jika tulang tersebut perlahan-lahan mulai melemah tanpa Anda sadari? Inilah yang disebut dengan osteopenia, kondisi yang sering kali tidak terdeteksi hingga terlambat.

Meskipun tidak seberbahaya osteoporosis, osteopenia adalah sinyal awal bahwa kesehatan tulang Anda memerlukan perhatian lebih. Mari kita jelajahi lebih dalam tentang apa itu osteopenia, penyebabnya, cara mendeteksinya, dan langkah-langkah efektif untuk mencegahnya berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.

Artikel ini akan memberikan panduan komprehensif untuk memahami dan mengelola osteopenia, sehingga Anda dapat memastikan tulang Anda tetap kuat dan sehat sepanjang hidup.


Apa itu Osteopenia?

Osteopenia adalah kondisi medis di mana kepadatan mineral tulang lebih rendah dari tingkat normal tetapi tidak cukup rendah untuk dikategorikan sebagai osteoporosis.

Kondisi ini sering dianggap sebagai tahap awal sebelum osteoporosis, kondisi di mana tulang menjadi sangat lemah dan rapuh. Pada osteopenia, penurunan kepadatan tulang belum mencapai titik yang menyebabkan risiko patah tulang yang signifikan, tetapi sudah menunjukkan adanya masalah dalam kesehatan tulang.


Gejala Osteopenia

Osteopenia sering dijuluki sebagai “penyakit diam-diam” karena biasanya tidak menunjukkan gejala yang jelas sampai kondisi tersebut berkembang lebih lanjut menjadi osteoporosis.

Namun, ada beberapa tanda awal yang bisa menjadi indikasi adanya osteopenia. Mengenali gejala-gejala ini bisa membantu Anda mengambil langkah pencegahan yang diperlukan lebih awal.

Berikut adalah beberapa gejala dan tanda yang mungkin muncul pada orang dengan osteopenia:

1. Penurunan Tinggi Badan

Salah satu tanda awal yang mungkin terjadi adalah penurunan tinggi badan. Hal ini bisa disebabkan oleh perubahan struktur tulang belakang akibat penurunan kepadatan tulang yang mengarah ke fraktur kompresi pada vertebra.

2. Nyeri Tulang atau Punggung

Meskipun osteopenia sendiri tidak selalu menyebabkan nyeri, penurunan kepadatan tulang dapat meningkatkan risiko fraktur ringan yang mungkin menyebabkan nyeri, terutama di area tulang belakang atau pinggul.

3. Postur Tubuh yang Membungkuk

Penurunan kepadatan tulang dapat mempengaruhi struktur tulang belakang, menyebabkan postur tubuh menjadi lebih membungkuk atau kyphosis (bongkok).

4. Fraktur Tulang yang Rapuh

Tulang yang mulai kehilangan kepadatan menjadi lebih rapuh dan rentan terhadap patah tulang, bahkan akibat benturan atau jatuh ringan yang biasanya tidak akan menyebabkan fraktur pada orang dengan tulang sehat.

Meskipun tidak selalu dapat dirasakan, tulang yang melemah mungkin lebih terasa lemah atau rapuh saat beraktivitas fisik yang memerlukan kekuatan tulang, seperti mengangkat beban berat.

5. Gigi yang Longgar atau Patah

Penurunan kepadatan tulang juga dapat mempengaruhi tulang rahang, menyebabkan gigi menjadi longgar atau lebih mudah patah.


Penyebab Osteopenia

Ada berbagai faktor yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan osteopenia, mulai dari penuaan alami hingga gaya hidup yang tidak sehat. Berikut adalah beberapa penyebab utama osteopenia:

1. Penuaan

Seiring bertambahnya usia, tubuh secara alami mengalami penurunan dalam pembentukan tulang baru. Pada saat yang sama, resorpsi tulang (proses di mana tulang lama dipecah dan diserap oleh tubuh) tetap konstan atau meningkat. Akibatnya, kepadatan tulang secara bertahap menurun. Kondisi ini umum terjadi pada orang di atas usia 50 tahun.

2. Gaya Hidup Tidak Sehat

  • Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup yang tidak aktif dapat mempercepat penurunan kepadatan tulang. Latihan beban dan aktivitas fisik lainnya penting untuk menjaga kekuatan tulang.
  • Merokok: Nikotin dan bahan kimia lainnya dalam rokok dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh dan mengurangi massa tulang.
  • Konsumsi Alkohol Berlebihan: Alkohol dapat mengganggu penyerapan kalsium dan merusak sel-sel pembentuk tulang, serta meningkatkan risiko jatuh yang dapat menyebabkan patah tulang.

3. Nutrisi yang Tidak Adekuat

  • Kurangnya Kalsium: Kalsium adalah mineral utama yang membentuk tulang. Asupan kalsium yang tidak mencukupi dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang.
  • Kurangnya Vitamin D: Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium yang efektif dalam tubuh. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan osteopenia dan osteoporosis.
  • Diet Rendah Nutrisi: Diet yang kurang dalam nutrisi penting lainnya seperti magnesium, fosfor, dan protein juga dapat mempengaruhi kesehatan tulang.

4. Faktor Genetik

Riwayat keluarga dengan osteopenia atau osteoporosis dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan kondisi yang sama. Genetik dapat mempengaruhi kepadatan tulang awal, laju kehilangan tulang, dan respon tubuh terhadap faktor risiko lingkungan.

5. Gangguan Hormonal

  • Menopause: Wanita mengalami penurunan drastis dalam kadar estrogen selama menopause, yang berperan penting dalam mempertahankan kepadatan tulang. Penurunan estrogen ini dapat mempercepat kehilangan tulang.
  • Gangguan Tiroid: Hormon tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme) atau kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme) dapat mempengaruhi metabolisme tulang dan menyebabkan penurunan kepadatan tulang.

6. Penggunaan Obat-obatan

Beberapa obat dapat berkontribusi terhadap perkembangan osteopenia, terutama jika digunakan dalam jangka panjang:

  • Kortikosteroid: Obat ini sering digunakan untuk mengobati kondisi inflamasi seperti asma dan artritis, tetapi dapat mengganggu proses pembentukan tulang.
  • Obat Anti-kejang: Beberapa obat anti-kejang dapat mengurangi penyerapan kalsium dalam tubuh.
  • Obat Antikoagulan: Penggunaan jangka panjang dari obat pengencer darah tertentu juga dapat mempengaruhi kepadatan tulang.

Diagnosis Osteopenia

Osteopenia didiagnosis menggunakan pengukuran kepadatan mineral tulang (BMD) yang biasanya dilakukan dengan metode dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA). Proses ini melibatkan:

1. Pengukuran BMD

Alat DEXA mengukur kepadatan tulang di area tertentu, seperti pinggul, tulang belakang, atau pergelangan tangan. Hasilnya dibandingkan dengan standar kepadatan tulang untuk usia dan jenis kelamin yang sama.

2. Skor T dan Skor Z

  • Skor T: Digunakan untuk membandingkan kepadatan tulang pasien dengan orang muda sehat berjenis kelamin sama. Skor T antara -1 dan -2,5 menunjukkan osteopenia.
  • Skor Z: Membandingkan kepadatan tulang pasien dengan orang sehat pada usia dan jenis kelamin yang sama. Ini sering digunakan untuk diagnosis pada anak-anak, remaja, dan wanita pramenopause.

3. Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik

Dokter juga akan mempertimbangkan riwayat medis pasien, riwayat keluarga, dan gaya hidup untuk menilai risiko osteopenia dan osteoporosis.


Pencegahan Osteopenia

Tujuan utama dari penatalaksanaan osteopenia adalah mencegah perkembangan kondisi menjadi penyakit osteoporosis. Sebagian besar terapi melibatkan perbaikan pola makan dan latihan fisik.

Suplemen kalsium dan vitamin D terkadang diberikan, meskipun akan sangat baik bila Anda memenuhi kebutuhan asupannya dari makanan sehari-hari. Anda memenuhi kebutuhannya dengan mengkonsumsi susu atau produknya seperti keju dan yogurt. Salmon, bayam, brokoli, dan kacang-kacangan juga tinggi akan kalsium dan vitamin D.

Target asupan untuk orang dengan osteoporosis adalah 1200 mg kalsium dan 800 IU (International Unit) vitamin D per harinya. Belum dapat dipastikan jumlah yang dibutuhkan untuk orang dengan osteopenia.

Obat-obatan seperti bifosfonat, raloxifene, atau estrogen terkonjugasi hanya diresepkan apabila kepadatan tulang Anda sangat rendah nyaris mendekati nilai untuk dapat digolongkan sebagai penyakit osteoporosis.

Terjatuh merupakan penyebab patah tulang yang paling sering. Oleh karena itu sebaiknya Anda juga melakukan hal-hal yang membantu Anda mengurangi resiko jatuh seperti memberikan pencahayaan yang cukup pada ruangan-ruangan di rumah, memasang besi pegangan (railing) pada tangga dan kamar mandi, menghindari pemasangan karpet yang licin, dan tidak menggunakan pembersih lantai yang menyisakan sabun di lantai.


Latihan Fisik Bagi Penderita Osteopenia

Latihan fisik yang baik untuk orang dengan osteopenia adalah yang bertipe weight bearing, yaitu olahraga yang dilakukan dengan posisi kaki menyentuh tanah.

Contohnya adalah berjalan kaki, berlari, atau melompat. Sangat dianjurkan untuk melakukannya setidaknya 30 menit dalam sehari terutama bila Anda masih dalam rentang usia produktif.

Ketika menginjak usia lanjut, olahraga weight bearing menjadi hal yang cukup sulit bagi kebanyakan orang sehingga berenang dan bersepeda dapat menjadi alternatif untuk menjaga keseimbangan Anda. Akan sangat baik bila Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang merawat Anda untuk mengetahui jenis olahraga apa yang tepat sesuai kondisi kesehatan Anda.

Selain berolahraga, beberapa latihan di bawah ini dapat membantu memperkuat tulang Anda:

1. Hip Abductors

latihan Hip abductors

  • Berdiri di samping kursi sambil memegang sandarannya dengan satu tangan untuk membantu menjaga keseimbangan Anda.
  • Taruh tangan sisi yang lainnya di pinggang kemudian angkat kaki di sisi yang sama ke arah samping sambil menjaganya tetap lurus dan jari kaki tetap mengarah ke depan. Anda tidak perlu mengangkat kaki Anda terlalu tinggi sehingga panggul ikut mengangkat.
  • Turunkan kaki secara perlahan.
  • Lakukan sebanyak 10 kali pada masing-masing sisi kaki.

2. Toe and Heel Raises

latihan toe and heel raises

  • Berdiri menghadap kursi dan berpegangan pada sandarannya dengan kedua tangan dan pastikan Anda dalam kondisi seimbang.
  • Angkat bagian depan kedua telapak kaki Anda dan biarkan tumit menahan beban tubuh. Pastikan posisi lutut tidak menekuk dan tahan posisi ini selama 5 detik dan turunkan kembali bagian depan telapak kaki Anda.
  • Kemudian lakukan sebaliknya, angkat kedua tumit Anda dan biarkan beban tubuh bertumpu pada bagian depan telapak kaki. Tahan kembali posisi ini selama 5 detik dan turunkan kembali.
  • Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali setiap hari.

3. Prone Leg Lifts

latihan Prone leg lifts

  • Posisikan tubuh tengkurap pada matras atau di karpet dengan mengganjal bagian perut menggunakan bantal.
  • Angkat satu sisi kaki semampu Anda dan usahakan lutut tetap lurus atau sedikit menekuk kemudian tahan posisi ini sebanyak 2 hitungan.
  • Turunkan kaki secara perlahan dan ulang sebanyak 10 kali.
  • Setelah itu lakukan pada kaki sisi lainnya sebanyak 10 kali juga.

dr. Vannesa Lam

dr. Vannesa Lam adalah dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara pada tahun 2020.