Myofascial Pain Syndrome

Myofascial Pain Syndrome

3 mins read

Apa Itu Myofascial Pain Syndrome?

Myofascial Pain Syndrome (MPS) adalah suatu kondisi medis yang menyebabkan nyeri kronis pada otot dan fasia, yaitu jaringan ikat yang membungkus otot.

Istilah “myo” merujuk pada otot, sementara “fascial” mengacu pada jaringan fasia. Penderita MPS memiliki area yang lebih sensitif terhadap nyeri, yang dikenal sebagai titik pemicu (trigger point).

Ketika titik pemicu ini ditekan, dapat muncul rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu atau bahkan menjalar ke area lain.


Seberapa Umum MPS Terjadi?

Nyeri otot akibat MPS dapat dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, tanpa mengenal usia.

Diperkirakan sekitar 30–85% kasus nyeri pada sistem muskuloskeletal disebabkan oleh MPS. Meskipun dapat dialami oleh berbagai kelompok usia, mayoritas penderita MPS berusia antara 27 hingga 50 tahun.


Bagaimana Myofascial Pain Syndrome Terjadi?

Meskipun penyebab pasti MPS masih belum sepenuhnya dipahami, terdapat beberapa teori yang menjelaskan bagaimana kondisi ini berkembang.

Salah satu teori yang diterima luas adalah adanya krisis energi pada otot. Hal ini terjadi akibat aktivitas yang mengharuskan otot bekerja secara berulang atau dalam waktu yang lama tanpa cukup istirahat, menyebabkan kelelahan dan kekurangan oksigen.

Akibatnya, otot tetap bekerja meskipun kekurangan energi, yang berujung pada kontraksi yang kurang efektif dan menimbulkan nyeri.


Penyebab Myofascial Pain Syndrome

Beberapa faktor yang diketahui dapat memicu MPS antara lain:

  • Cedera pada serat otot akibat trauma atau penggunaan berlebihan.
  • Gerakan berulang tanpa pemanasan atau peregangan yang cukup.
  • Hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid) yang menyebabkan gangguan metabolisme otot.
  • Kekurangan vitamin D yang dapat melemahkan otot dan menyebabkan ketegangan.
  • Kekurangan zat besi, yang berperan dalam suplai oksigen ke otot.
  • Kelainan struktur tulang, seperti spondilosis (degenerasi cakram tulang belakang), skoliosis (kelainan bentuk tulang belakang), atau osteoarthritis (peradangan sendi akibat kerusakan tulang rawan).

Faktor Risiko Myofascial Pain Syndrome

Selain penyebab langsung, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami MPS, seperti:

  • Cedera otot akibat aktivitas fisik berlebihan.
  • Stres atau kecemasan, yang dapat meningkatkan ketegangan otot.
  • Postur tubuh yang buruk, terutama saat duduk dalam waktu lama.
  • Kurangnya asupan nutrisi, seperti protein dan mineral penting.
  • Kurang tidur, yang mempengaruhi pemulihan otot.
  • Menopause, yang menyebabkan perubahan hormonal dan mempengaruhi jaringan otot.
  • Paparan suhu dingin dalam waktu lama, yang dapat meningkatkan ketegangan otot.
  • Obesitas, yang memberikan tekanan lebih besar pada otot dan sendi.
  • Merokok, yang dapat mengurangi aliran darah ke otot dan memperlambat pemulihan.

Gejala Myofascial Pain Syndrome

Penderita MPS dapat dikategorikan menjadi gejala utama yang selalu muncul dan gejala tambahan yang tidak selalu dialami oleh setiap penderita.

Gejala Utama:

  • Nyeri otot yang dalam dan menetap.
  • Rasa nyeri yang semakin memburuk dengan aktivitas tertentu.
  • Sensasi seperti ada simpul pada otot.
  • Kesulitan tidur akibat nyeri otot.

Gejala Tambahan:

  • Kekakuan otot yang menghambat pergerakan.
  • Mudah lelah meskipun melakukan aktivitas ringan.
  • Sakit kepala yang sering terjadi akibat ketegangan otot leher dan bahu.

Otot yang Sering Terkena Myofascial Pain Syndrome:

  • Sternocleidomastoid (leher)
  • Trapezius (bahu dan punggung atas)
  • Levator Scapulae (pengangkat tulang belikat)
  • Infraspinatus (punggung atas dan bahu)
  • Rhomboid (punggung bagian atas)

Bagaimana Myofascial Pain Syndrome Didiagnosis?

Diagnosa MPS dilakukan melalui pemeriksaan fisik oleh dokter, yang mencakup:

  • Palpasi otot, untuk mendeteksi adanya area otot yang kaku dan titik pemicu.
  • Tekanan pada titik pemicu, yang akan menimbulkan nyeri lokal atau nyeri yang menjalar ke area lain.

Terdapat empat jenis titik pemicu yang dinilai oleh dokter:

  • Titik pemicu aktif, yang langsung menyebabkan nyeri.
  • Titik pemicu laten, yang berpotensi menyebabkan nyeri tetapi tidak aktif.
  • Titik pemicu sekunder, yang muncul di otot lain akibat iritasi dari titik pemicu utama.
  • Titik pemicu satelit, yang timbul karena berdekatan dengan titik pemicu utama.

Saat ini, tidak ada pemeriksaan laboratorium atau pencitraan medis yang dapat secara spesifik mendiagnosis MPS.


Pengobatan Myofascial Pain Syndrome

Meskipun MPS tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, ada beberapa metode pengobatan yang dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

1. Konsumsi Obat-obatan

  • Analgesik seperti ibuprofen atau parasetamol untuk meredakan nyeri.
  • Antidepresan dosis rendah untuk membantu mengatasi nyeri kronis.
  • Relaksan otot, untuk mengurangi ketegangan otot.

2. Terapi Fisik (Fisioterapi)

  • Peregangan dan latihan postur, untuk mengurangi ketegangan otot.
  • Pemijatan terapeutik, untuk melemaskan otot dan meningkatkan sirkulasi darah.
  • Terapi panas, seperti kompres hangat atau lampu inframerah.
  • Terapi ultrasound, yang menggunakan gelombang suara untuk meningkatkan penyembuhan otot.

3. Akupunktur

Terapi akupunktur ini menggunakan jarum tipis yang ditusukkan pada titik tertentu di tubuh untuk merangsang penyembuhan dan mengurangi nyeri.

4. Perubahan Gaya Hidup

  • Olahraga teratur, seperti yoga atau berenang untuk menjaga fleksibilitas otot.
  • Manajemen stres, melalui meditasi atau teknik relaksasi.
  • Polanya makan sehat, untuk memastikan asupan nutrisi yang cukup.
  • Tidur yang cukup dan berkualitas, untuk mendukung pemulihan otot.

Kesimpulan

Myofascial Pain Syndrome (MPS) adalah kondisi yang menyebabkan nyeri otot kronis akibat titik pemicu yang sensitif. Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, ada beberapa faktor yang dapat memicu dan memperburuk kondisi ini. Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan fisik, dan pengobatan dapat berupa kombinasi terapi fisik, obat-obatan, akupunktur, serta perubahan gaya hidup. Jika Anda mengalami gejala MPS, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

dr. Vannesa Lam

dr. Vannesa Lam adalah dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara pada tahun 2020.