Thoracic Outlet Syndrome (Sindrom Outlet Dada)

Thoracic Outlet Syndrome

5 mins read

Ketika seseorang mulai merasakan nyeri atau kesemutan yang tak terduga di lengan, bahu, atau leher, mereka mungkin tidak menyadari bahwa mereka mungkin menjadi korban dari thoracic outlet syndrome.

Terkadang disalahartikan sebagai cedera olahraga atau bahkan gangguan saraf, TOS adalah sebuah misteri dalam dunia medis yang membutuhkan pemahaman mendalam untuk diagnosis yang tepat dan penanganan yang efektif.


Apa itu Thoracic Outlet Syndrome?

Thoracic Outlet Syndrome (TOS) atau yang lebih dikenal dengan Sindrom Outlet Dada (SOD) merupakan sekumpulan gejala yang terjadi akibat tertekannya saraf ataupun pembuluh darah pada area sekitar leher bagian bawah dan dada bagian atas.

Disebut thoracic outlet atau outlet dada karena merujuk pada daerah terbuka yang berada di antara leher dan dada bagian atas dimana pada area ini menjalar banyak struktur penting, termasuk saraf yang mengubungkan leher ke ketiak serta pembuluh darah arteri dan vena subklavia.

Ketika hal ini terjadi struktur sekitar seperti tulang dan otot akan menekan saraf dan pembuluh darah yang berada di dalam rongga outlet dada sehingga menyebabkan nyeri dan sensasi abnormal seperti kebas maupun kesemutan pada leher, bahu dan lengan.


Penyebab Thoracic Outlet Syndrome

Normalnya area outlet dada ini cukup lebar untuk dilewati secara lancar oleh pembuluh darah dan saraf. Namun ada beberapa kondisi yang dapat mempersempit dan mengganggu jalannya struktur-struktur tersebut seperti:

1. Variasi Anatomis

Adanya anomali bawaan atau variasi dalam anatomi outlet dada yaitu tulang rusuk ekstra yang berada di atas tulang rusuk pertama atau tulang rusuk pertama yang tidak normal.

2. Trauma atau Cedera

Kecelakaan atau cedera yang menyebabkan kerusakan pada bahu atau leher dapat menyebabkan penekanan pada outlet dada.

3. Gerakan Berulang

Aktivitas yang melibatkan gerakan berulang pada pundak dan lengan secara berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar outlet dada sehingga lama-kelamaan ukuran outlet dada kian menyusut dan tekanan pun membesar.

4. Postur Tubuh Buruk

Postur tubuh membungkuk dalam jangka waktu lama maupun pada obesitas dapat meningkatkan risiko penenekanan di area outlet dada.


Gejala Thoracic Outlet Syndrome

Ketika ruang outlet dada menyempit, maka struktur sekitar seperti tulang dan otot akan menekan saraf dan pembuluh darah yang berada dalam rongga outlet dada sehingga menyebabkan nyeri, sensasi abnormal seperti kebas maupun kesemutan pada leher, bahu dan lengan. Gejala SOD dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu:

1. Neurogenic TOS

  • Hilang hingga mati rasa pada area lengan atau jari-jari.
  • Nyeri maupun pegal-pegal pada leher, bahu, lengan atau tangan.
  • Lengan terasa gampang lemas saat beraktivitas.
  • Genggaman yang lemah.

2. Venous TOS

  • Perubahan warna pada tangan atau jari.
  • Nyeri dan bengkak pada lengan maupun tangan.

3. Arterial TOS

  • Terasa gumpalan yang berdenyut di area sekitar tulang selangka.
  • Jari-jemari, tangan hingga lengan terasa dingin.
  • Nyeri pada lengan dan tangan.
  • Perubahan warna pada jari maupun seluruh tangan.
  • Denyut pembuluh darah yang lemah hingga tidak ada pada area yang terkena.

Diagnosa Thoracic Outlet Syndrome

Mendiagnosis Thoracic Outlet Syndrome (TOS) melibatkan evaluasi klinis yang komprehensif serta penggunaan berbagai tes diagnostik untuk memastikan penyebab gejala. Berikut adalah langkah-langkah yang umumnya dilakukan untuk mendiagnosis TOS:

1. Riwayat Medis

Dokter akan melakukan wawancara mendetail untuk memahami:

  • Gejala yang dialami (nyeri, kesemutan, mati rasa, kelemahan).
  • Kapan dan bagaimana gejala muncul.
  • Riwayat cedera atau trauma sebelumnya.
  • Aktivitas sehari-hari dan pekerjaan yang mungkin berkontribusi terhadap gejala.
  • Riwayat kesehatan keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik

Selama pemeriksaan fisik, dokter akan:

  • Memeriksa postur tubuh dan posisi bahu serta lengan.
  • Menguji kekuatan otot dan rentang gerak.
  • Mencari tanda-tanda pembengkakan, perubahan warna, atau kehangatan pada lengan dan tangan.
  • Menggunakan tes provokatif, yang mungkin termasuk:
    • Adson’s Test: Pasien menghirup dalam-dalam, menahan napas, dan menolehkan kepala ke arah yang sama atau berlawanan dengan lengan yang diperiksa. Tes ini melihat apakah denyut nadi di pergelangan tangan menghilang atau gejala diperburuk.
    • Roos Test (Elevated Arm Stress Test): Pasien mengangkat lengan ke sisi dan menekuk siku pada sudut 90 derajat, lalu membuka dan menutup tangan selama beberapa menit. Dokter akan melihat apakah gejala muncul atau memburuk.
    • Wright’s Test (Hyperabduction Test): Pasien mengangkat lengan ke atas kepala dengan memutar tangan keluar. Dokter akan mengevaluasi denyut nadi dan gejala.

3. Tes Diagnostik

Untuk mengonfirmasi diagnosis dan mengevaluasi struktur yang mungkin terlibat, dokter mungkin menggunakan beberapa tes berikut:

  • X-ray: Untuk memeriksa tulang rusuk ekstra atau kelainan tulang lainnya.
  • MRI (Magnetic Resonance Imaging): Untuk mendapatkan gambaran detail dari jaringan lunak, saraf, dan pembuluh darah.
  • CT Scan dengan Angiografi (CTA): Untuk melihat pembuluh darah dan mendeteksi kompresi atau penyempitan.
  • EMG (Electromyography) dan Nerve Conduction Studies: Untuk menilai fungsi saraf dan otot.
    Venografi atau Arteriografi: Untuk memvisualisasikan pembuluh darah di daerah thoracic outlet dan mengidentifikasi adanya penyumbatan atau kerusakan.

4. Tes Fungsional

Beberapa tes mungkin dilakukan untuk mengevaluasi bagaimana perubahan posisi tubuh mempengaruhi gejala:

  • Postural Assessments: Mengamati bagaimana perubahan postur tubuh mempengaruhi gejala.
  • Stress Tests: Mengevaluasi gejala saat melakukan aktivitas atau posisi yang biasanya memicu gejala.

5. Diferensiasi Diagnosis

TOS memiliki gejala yang mirip dengan beberapa kondisi lain, seperti radikulopati servikal, sindrom carpal tunnel, dan masalah jantung. Dokter akan melakukan evaluasi untuk menyingkirkan kondisi-kondisi ini.


Penanganan Thoracic Outlet Syndrome

Penanganan SOD bergantung jenis SOD yang dimiliki dan gejala yang dialami. Tujuan terapi SOD yaitu untuk mengurangi gejala dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Beberapa terapinya termasuk:

1. Fisioterapi

Pilihan terapi ini yang paling umum dilakukan untuk SOD akibat nurogenik. Seorang fisioterapis akan meningkatkan lingkup gerak sendi ataupun seberapa luas seseorang dapat menggerakkan leher dan bahu yang terkena SOD. Terapi ini juga dapat memperkuat otot-otot dan membuat postur tubuh menjadi lebih baik.

2. Obat-obatan

Untuk mengurangi nyeri maupun untuk terapi trombolitik pada SOD akibat gangguan pada pembuluh darah.

3. Operasi

Penanganan operasi ditujukan pada SOD akibat gangguan pembuluh darah maupun neurogenik yang tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pada gejala-gejala yang dialami.

4. Modifikasi Kebiasaan Sehari-hari

Hindari mengangkat tas berat pada bahu atau mengangkat benda di atas kepala.

Modifikasi aktivitas sehari-hari untuk mengurangi maupun menghindari beberapa gerakan yang akan mencetus gejala.

5. Latihan Peningkatan Otot

Latihan penguatan otot harus difokuskan pada meningkatkan kekuatan, kelenturan, dan postur tubuh yang baik. Ini bisa termasuk latihan berbasis beban seperti latihan angkat beban, latihan tahanan tubuh, dan latihan dengan bola kecil atau tali.

Postur yang buruk dapat memperburuk gejala TOS. Latihan yang menekankan pada peningkatan postur tubuh seperti latihan core strengthening dan stretching dapat membantu mengurangi tekanan pada area toraks dan leher.


Apakah SOD Dapat Dicegah?

Penyebab SOD tidak selalu dapat dicegah namun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena SOD yaitu:

  • Lakukan latihan penguatan otot sekitar bahu jika melakukan olahraga yang melibatkan pergerakan lengan berulang.
  • Bila pekerjaan sehari-hari mengharuskan untuk angkat berat atau pergerakan lengan di atas kepala, lakukanlah latihan untuk mengurangi risiko cedera.

SOD dapat mengganggu rutinitas sehari-hari dan membuat frustasi karena membutuhkan waktu untuk menurunkan kemampuan dan kecepatan sehari-hari untuk melakukan aktivitas hingga menghindari kegiatan olahraga.

Bila anda memiliki gejala SOD segera mencari pertolongan medis dan jangan menunggu agar gejala hilang dengan sendirinya karena sebagian besar kasus masih dapat diterapi secara konservatif seperti fisioterapi.

Dengan melakukan fisioterapi maupun terapi lainnya akan mengembalikan kekuatan dan kualitas hidup kembali. Namun bila dengan fisioterapi gejala masih dirasakan ataupun saat pemeriksaan lanjut tampak adanya kelainan pada struktur sekitar outlet dada maka pilihan operasi harus dipertimbangkan.


Apakah Thoracic Outlet Syndrome Berpotensi Berbahaya?

Thoracic Outlet Syndrome (TOS) dapat menjadi kondisi yang serius dan berpotensi berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat, meskipun tingkat keparahannya bisa bervariasi dari ringan hingga parah.

Bahaya TOS tergantung pada jenis dan tingkat kompresi yang terjadi. Berikut adalah beberapa potensi risiko dan bahaya yang berkaitan dengan TOS:

1. Kerusakan Saraf yang Permanen

Jika saraf terus-menerus terkompresi, bisa terjadi kerusakan saraf yang permanen, menyebabkan kelemahan kronis, kesemutan, mati rasa, atau bahkan kelumpuhan di tangan atau lengan.

2. Gangguan Pembuluh Darah

  • Vena Subklavia atau Arteri Subklavia Terkompresi: Dapat menyebabkan pembekuan darah (trombosis), yang bisa berujung pada kondisi serius seperti Deep Vein Thrombosis (DVT) atau emboli paru.
  • Aneurisma Arteri Subklavia: Pembesaran abnormal pada arteri yang bisa berisiko pecah, menyebabkan perdarahan internal yang berbahaya.

3. Iskemia

Kekurangan aliran darah ke tangan atau lengan dapat menyebabkan iskemia, yang berakibat pada nyeri, kram, kelemahan, dan, dalam kasus yang parah, bisa menyebabkan kerusakan jaringan atau gangren.

4. Gangguan Fungsional

Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat nyeri, kelemahan, atau keterbatasan gerak pada lengan atau bahu. Ini bisa mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas seseorang.

dr. Grace Shandy Siahaan

dr. Grace Shandy Siahaan menyelesaikan profesi dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2019. Salah satu quotes favoritnya terkait kesehatan dari B.K.S. Iyengar yaitu “Health is a state of complete harmony of the body, mind and spirit. When one is free from physical disabilities and mental distractions, the gates of the soul open” .