Spondylolisthesis

Spondylolisthesis

3 mins read

Spondylolisthesis adalah salah satu masalah tulang belakang yang cukup sering ditemui, terutama pada orang dewasa dan lansia. Kondisi ini terjadi ketika salah satu ruas tulang belakang (vertebra) bergeser keluar dari posisi normalnya, baik ke depan maupun ke belakang, dibandingkan dengan ruas tulang di bawahnya.

Meskipun terdengar cukup serius, tidak semua kasus spondylolisthesis menimbulkan gejala berat. Ada pasien yang hanya merasakan nyeri ringan, sementara yang lain bisa mengalami nyeri parah hingga kesulitan berjalan. Karena itulah, pemahaman yang baik tentang spondylolisthesis sangat penting agar kita bisa mengenali tanda-tandanya sejak dini dan melakukan penanganan yang tepat.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap mengenai penyebab, gejala, faktor risiko, cara diagnosis, hingga pilihan perawatan spondylolisthesis.


Apa Itu Spondylolisthesis?

Istilah spondylolisthesis berasal dari bahasa Yunani:

  • spondylo = tulang belakang

  • listhesis = bergeser atau meluncur

Jadi, secara sederhana spondylolisthesis berarti “tulang belakang yang bergeser”. Pergeseran ini biasanya terjadi di area tulang belakang bawah (lumbar), khususnya pada ruas L4–L5 atau L5–S1, karena area tersebut menahan beban tubuh yang paling besar.

Ada dua jenis utama pergeseran:

  1. Anterolisthesis → tulang bergeser ke depan.

  2. Retrolisthesis → tulang bergeser ke belakang.

Perbedaan Spondylolisthesis dengan Kondisi Lain

  • Spondylosis: Degenerasi tulang belakang (umum, bukan pergeseran).

  • Skoliosis: Kelengkungan tulang belakang ke samping.

  • Hernia Nukleus Pulposus (HNP): Cakram tulang belakang menonjol keluar, tapi tidak melibatkan pergeseran tulang.

Mengetahui perbedaannya penting agar diagnosis dan terapi tepat.


Jenis-Jenis Spondylolisthesis

Spondylolisthesis terbagi menjadi beberapa tipe, tergantung penyebabnya:

  1. Dysplastic (Kongenital)
    Terjadi karena cacat bawaan sejak lahir pada struktur tulang belakang, sehingga mudah bergeser.

  2. Isthmic
    Disebabkan oleh patah kecil (stress fracture) pada bagian tulang belakang yang disebut pars interarticularis. Kondisi ini sering ditemukan pada atlet muda, terutama yang melakukan gerakan melompat atau menekuk punggung berulang.

  3. Degeneratif
    Jenis paling umum pada orang tua. Terjadi karena proses penuaan yang menyebabkan sendi, ligamen, dan bantalan tulang (diskus) melemah sehingga vertebra bisa bergeser.

  4. Traumatik
    Disebabkan oleh cedera atau kecelakaan yang membuat tulang belakang retak atau patah.

  5. Patologis
    Disebabkan oleh penyakit seperti tumor, infeksi, atau osteoporosis yang melemahkan struktur tulang belakang.

  6. Pasca Operasi (Iatrogenic)
    Kadang terjadi setelah operasi tulang belakang tertentu, akibat stabilitas tulang berkurang.


Tingkatan Spondylolisthesis

Dokter biasanya mengklasifikasikan spondylolisthesis berdasarkan seberapa jauh tulang bergeser. Skala yang sering digunakan adalah Meyerding Grading System:

  • Grade I: Pergeseran < 25%

  • Grade II: Pergeseran 26–50%

  • Grade III: Pergeseran 51–75%

  • Grade IV: Pergeseran 76–100%

  • Grade V (Spondyloptosis): Pergeseran > 100%, tulang benar-benar terlepas dari posisinya

Semakin tinggi gradenya, biasanya semakin parah gejala yang dirasakan pasien.


Penyebab Spondylolisthesis

Penyebab spondylolisthesis bervariasi, tergantung jenisnya. Beberapa faktor umum antara lain:

  1. Penuaan (Degenerasi)
    Seiring bertambahnya usia, bantalan tulang belakang kehilangan elastisitas dan sendi menjadi aus. Hal ini memudahkan terjadinya pergeseran.

  2. Cedera atau Trauma
    Benturan keras akibat jatuh, kecelakaan, atau olahraga bisa memicu spondylolisthesis.

  3. Kelemahan Bawaan Tulang Belakang
    Ada orang yang sejak lahir memiliki struktur tulang belakang lebih lemah sehingga lebih rentan.

  4. Aktivitas Fisik Intensif
    Atlet senam, angkat beban, atau sepak bola lebih berisiko karena gerakan berulang memberi tekanan besar pada tulang belakang.

  5. Penyakit Tulang
    Osteoporosis, infeksi, atau tumor bisa merusak stabilitas tulang belakang.


Gejala Spondylolisthesis

Gejala spondylolisthesis sangat bervariasi. Ada pasien tanpa keluhan, tapi ada juga yang merasakan gejala cukup parah. Beberapa gejala umum:

  • Nyeri punggung bawah → sering memburuk saat berdiri lama atau membungkuk.

  • Kaku pada punggung → membuat gerakan terbatas.

  • Nyeri menjalar ke kaki (sciatica) → akibat saraf terjepit.

  • Kelemahan atau kesemutan di kaki.

  • Kesulitan berjalan atau berdiri lama.

  • Perubahan postur → misalnya punggung lebih melengkung.

  • Pada kasus parah: gangguan kontrol buang air kecil atau besar (darurat medis).


Faktor Risiko Spondylolisthesis

Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang terkena spondylolisthesis, antara lain:

  • Usia > 50 tahun (terutama degeneratif).

  • Wanita (lebih berisiko pada spondylolisthesis degeneratif).

  • Atlet muda dengan aktivitas intensif (senam, angkat beban).

  • Riwayat keluarga dengan masalah tulang belakang.

  • Obesitas → memberi tekanan ekstra pada tulang belakang.


Cara Diagnosis Spondylolisthesis

Jika Anda mengalami nyeri punggung bawah yang menetap, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh:

  1. Pemeriksaan Fisik
    Mengecek fleksibilitas, kekuatan otot, refleks, serta area nyeri.

  2. Rontgen (X-ray)
    Tes utama untuk melihat apakah ada vertebra yang bergeser.

  3. CT Scan
    Memberi gambaran lebih detail, terutama jika ada fraktur kecil.

  4. MRI
    Menunjukkan kondisi saraf, diskus, dan jaringan lunak di sekitar tulang belakang.


Penanganan Spondylolisthesis

Penanganan tergantung pada tingkat keparahan gejala dan derajat pergeseran tulang.

1. Perawatan Non-Bedah (Konservatif)

Biasanya menjadi langkah pertama, terutama untuk kasus ringan hingga sedang:

  • Obat pereda nyeri → seperti NSAID (ibuprofen, naproxen).

  • Fisioterapi → latihan khusus untuk memperkuat otot punggung dan perut (core muscles).

  • Brace (penyangga punggung) → membantu menstabilkan tulang belakang, terutama pada kasus isthmic spondylolisthesis.

  • Modifikasi aktivitas → hindari mengangkat beban berat atau aktivitas yang memperparah nyeri.

  • Kompres panas/dingin → membantu mengurangi nyeri dan peradangan.

2. Injeksi Epidural

Jika nyeri sangat parah akibat saraf terjepit, dokter bisa memberikan injeksi steroid di area tulang belakang.

3. Operasi

Dilakukan bila perawatan konservatif gagal atau pada kasus berat (Grade III–V). Tujuannya:

  • Mengurangi tekanan pada saraf.

  • Menstabilkan tulang belakang.
    Jenis operasi meliputi:

  • Spinal fusion (penyatuan tulang belakang dengan implan/logam).

  • Laminektomi (mengurangi tekanan dengan mengangkat sebagian tulang).


Perbedaan Spondylolisthesis dan Spondylosis

Banyak orang salah kaprah menganggap spondylolisthesis sama dengan spondylosis. Padahal berbeda:

  • Spondylolisthesis → tulang belakang bergeser keluar posisi normal.

  • Spondylosis → kerusakan atau keausan pada tulang belakang (seperti arthritis).


Tips Sehari-hari untuk Penderita Spondylolisthesis

Selain pengobatan medis, ada beberapa tips sederhana yang bisa membantu mengurangi gejala:

  1. Jaga postur tubuh saat duduk, berdiri, dan berjalan.

  2. Rutin olahraga ringan seperti berenang atau yoga.

  3. Latihan penguatan otot perut & punggung.

  4. Gunakan kursi ergonomis untuk bekerja.

  5. Tidur di kasur medium-firm, bukan terlalu empuk.

  6. Hindari mengangkat beban berat dengan posisi salah.

  7. Jaga berat badan ideal untuk mengurangi tekanan pada tulang belakang.

  8. Gunakan brace khusus jika direkomendasikan oleh dokter, misalnya sistem brace modern seperti Peak Scoliosis Bracing System yang juga bisa mendukung stabilitas tulang belakang.


Prognosis dan Komplikasi

Sebagian besar penderita spondylolisthesis dengan derajat ringan dapat hidup normal dengan penanganan konservatif. Namun, bila tidak ditangani, kondisi bisa memburuk dan menimbulkan komplikasi seperti:

  • Nyeri kronis.

  • Kelumpuhan akibat saraf terjepit parah.

  • Hilangnya kontrol kandung kemih atau usus.


Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasi jika Anda mengalami:

  • Nyeri punggung yang tidak membaik setelah istirahat.

  • Nyeri menjalar ke kaki dengan rasa kesemutan atau lemah.

  • Kesulitan berjalan.

  • Kehilangan kontrol buang air kecil atau besar.

dr. Juan Suseno, Sp.KFR

dr. Juan Suseno Haryanto, Sp.KFR menyelesaikan spesialisasi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Universitas Diponegoro pada tahun 2003. Beliau mempunyai peminatan pada tumbuh kembang anak dan penanganan nyeri dengan menggunakan modalitas dan latihan ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.