piriformis syndrome

Piriformis Syndrome

4 mins read

Bayangkan rasa sakit yang menjalar dari bokong hingga kaki, mengganggu setiap langkah dan aktivitas sehari-hari. Anda mungkin tidak menyadari bahwa ini bisa disebabkan oleh piriformis syndrome, suatu kondisi yang sering tidak diketahui namun berdampak besar pada kenyamanan dan mobilitas.

Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang piriformis syndrome, mengungkap penyebab, gejala, dan cara efektif untuk mengatasinya, sehingga Anda bisa kembali bergerak bebas tanpa rasa sakit. Mari kita temukan solusi untuk mengembalikan kualitas hidup Anda!


Apa itu Piriformis Syndrome?

Sindrom piriformis adalah kumpulan gejala yang timbul karena otot piriformis menegang dan kemudian menjepit saraf ischiadicus (sciatic nerve) dan menyebabkan iritasi pada saraf tersebut. Nyeri paha merupakan salah satu gejalanya.

Otot piriformis terletak pada area bokong, menyilang dari bagian bawah tulang belakang ke sendi panggul.

Sedangkan, saraf ischiadicus merupakan salah satu saraf terbesar dan terpanjang pada tubuh manusia. Saraf ini terletak berdekatan dengan otot piriformis, dan berjalan dari bagian bawah tulang belakang, melewati area bokong dan kemudian menjalar ke bawah ke bagian paha sampai kaki.

Sindrom piriformis paling sering menyerang kelompok usia 40-50 tahun. Nyeri paha menjadi keluhan yang terjadi.


Gejala Piriformis Syndrome

Piriformis syndrome ditandai dengan berbagai gejala yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan mobilitas seseorang. Berikut adalah gejala umum yang biasanya dirasakan:

1. Nyeri di Bokong

Nyeri biasanya dirasakan di bagian tengah bokong dan dapat menyebar ke bagian belakang paha dan kaki. Rasa nyeri ini bisa tumpul atau tajam, dan sering kali memburuk dengan aktivitas.

2. Mati Rasa dan Kesemutan

Gejala ini sering kali muncul di sepanjang jalur saraf skiatik, yang meliputi bokong, bagian belakang paha, betis, dan kadang-kadang hingga kaki. Sensasi ini bisa sangat mengganggu dan dapat mempengaruhi kemampuan untuk duduk atau berdiri dalam waktu lama.

3. Nyeri yang Menyebar ke Kaki

Nyeri dapat menjalar dari bokong ke bagian belakang paha, betis, dan bahkan ke kaki. Ini terjadi karena saraf skiatik terjepit oleh otot piriformis yang tegang atau meradang.

4. Kelemahan Otot

Beberapa orang mungkin mengalami kelemahan pada kaki yang terkena, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan atau naik tangga.

6. Bagian Paha Terasa Seperti Kesetrum dan Ditusuk Jarum

Sindrom piriformis dapat menyebabkan sensasi seperti kesetrum atau ditusuk jarum pada bagian paha. Hal ini terjadi karena otot piriformis yang tegang atau kaku dapat menekan saraf skiatik, yang merupakan saraf besar yang memanjang dari punggung bawah hingga ke kaki.

Tekanan ini dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk rasa nyeri, kesemutan, mati rasa, dan sensasi seperti kesetrum di sepanjang jalur saraf tersebut, yang mencakup paha. Gejala ini bisa semakin parah dengan aktivitas seperti duduk terlalu lama, berjalan, atau naik tangga.

7. Kesulitan dalam Duduk

Duduk dalam waktu lama dapat memperparah nyeri, terutama jika duduk di permukaan yang keras. Banyak penderita piriformis syndrome merasa lebih nyaman berdiri atau berbaring.

8. Nyeri Saat Tekanan Diberikan pada Piriformis

Menekan atau memijat area otot piriformis dapat menimbulkan nyeri yang tajam atau peningkatan gejala.

Gejala-gejala ini dapat bervariasi dalam intensitas dan frekuensi, tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan aktivitas fisik individu. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, sangat penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk diagnosis yang tepat dan rencana pengobatan yang sesuai.


Penyebab Piriformis Syndrome

Piriformis syndrome dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

1. Cedera atau Trauma

Cedera langsung pada bokong atau pinggul, seperti akibat jatuh atau kecelakaan, dapat menyebabkan otot piriformis menjadi tegang atau meradang, yang kemudian menekan saraf skiatik.

2. Aktivitas Fisik Berlebihan

Terutama yang melibatkan gerakan berulang-ulang pada pinggul dan kaki, seperti berlari atau bersepeda, dapat menyebabkan otot piriformis menjadi tegang.

3. Ketidakseimbangan Otot

Ketidakseimbangan otot di sekitar pinggul dan bokong dapat menyebabkan tekanan tambahan pada otot piriformis. Misalnya, otot gluteus yang lemah dapat membuat piriformis bekerja lebih keras, sehingga meningkatkan risiko sindrom ini.

4. Struktur Anatomi Abnormal

Beberapa orang mungkin memiliki struktur anatomi yang membuat mereka lebih rentan terhadap piriformis syndrome, seperti variasi dalam jalur saraf skiatik yang lebih dekat dengan otot piriformis.

5. Kondisi Medis Lainnya

Kondisi medis seperti radang sendi, stenosis spinal, atau peradangan pada sendi sakroiliaka dapat berkontribusi pada perkembangan piriformis syndrome.


Diagnosis Piriformis Syndrome

Jika Anda mengalami kumpulan gejala yang khas seperti nyeri paha dan mengarah pada sindrom piriformis, segera konsultasi ke dokter. Kumpulan gejala tersebut sulit dibedakan dengan sindrom ischialgia (sciatica) yang juga timbul karena adanya iritasi pada saraf ischiadicus. Sindrom piriformis tentunya perlu dibedakan dari kondisi-kondisi lain seperti contohnya Hernia Nucleus Pulposus (HNP) dan Spondylolisthesis. Untuk itu, diperlukan diagnosis yang tepat oleh dokter agar kemudian dapat ditentukan manajemen dan terapi yang tepat.

Pemeriksaan Fisik oleh Dokter

Selain menanyakan detail keluhanseperti nyeri paha dan faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab sindrom piriformis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan diagnosis sindrom piriformis. Jangan lupa sebutkan keluhan kecil seperti nyeri paha. Dokter dapat menilai apakah telah terjadi pengecilan (atrofi) otot, kelemahan otot, dan sejauh mana cedera dan gangguan saraf telah terjadi.

Pemeriksaan Penunjang

Selanjutnya jika diperlukan, maka dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, sebagai berikut :

  • Electromyography (EMG). Merupakan pemeriksaan menggunakan alat khusus untuk mengukur aktivitas elektrik dari suatu otot. Pemeriksaan dengan alat EMG
  • Computed Tomography Scan (CT Scan). Pada sindrom piriformis, dapat terlihat adanya pembesaran pada otot piriformis pada hasil CT scan.
  • Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pada sindrom piriformis, dapat terlihat adanya pembesaran pada otot piriformis pada hasil MRI.
  • Foto Rontgen (X-Ray). Untuk menilai adanya kemungkinan diagnosis lain selain sindrom piriformis yang menimbulkan keluhan serupa.

Pengobatan Piriformis Syndrome

Manajamen terapi sindrom piriformis bertujuan untuk merilekskan otot piriformis yang menegang sehingga tidak terjadi jepitan saraf ischiadicus.

  • Istirahat: Sebaiknya otot piriformis diistirahatkan dengan menghindari gerakan-gerakan atau aktivitas yang dapat memperberat keluhan, seperti misalnya menghindari posisi duduk terlalu lama.
  • Kompres Hangat: Diharapkan dapat membantu merilekskan otot piriformis yang menegang. Kompres hangat cukup sederhana sehingga dapat dilakukan secara rutin dan mandiri di rumah. Kompres hangat sebaiknya dilakukan sebelum memulai fisioterapi atau sebelum melakukan latihan peregangan otot.
  • Terapi fisik dengan Ultrasound: Bertujuan membantu merilekskan otot piriformis yang menegang.
  • Kompres Dingin: Sebaiknya dilakukan setelah melakukan latihan peregangan otot, dengan tujuan untuk mengurangi peradangan yang dicetuskan akibat gerakan stretching (peregangan) atau terapi manual.
  • Fisioterapi: Fisioterapis akan melatih gerakan-gerakan stretching yang bertujuan untuk meregangkan otot. Fisioterapis yang sudah berpengalaman dapat pula melakukan terapi manual (manual therapy).
  • Obat-obatan: Jika keluhan nyeri sangat berat dan menggangu, dokter dapat meresepkan beberapa jenis obat seperti obat anti nyeri, anti radang, dan perileks otot (muscle relaxant).
  • Operasi: Pada kasus-kasus sindrom piriformis yang sangat berat dan tidak membaik dengan terapi konservatif, atau disebabkan oleh trauma atau kelainan anatomis, maka tindakan operasi dapat dipertimbangkan.

Pencegahan Piriformis Syndrome

Pencegahan piriformis syndrome melibatkan menjaga otot-otot di sekitar pinggul dan bokong tetap kuat dan fleksibel, serta menghindari cedera dan penggunaan berlebihan. Berikut adalah beberapa tips pencegahan:

  • Latihan Peregangan dan Penguatan: Melakukan peregangan rutin untuk otot piriformis dan otot-otot gluteus dapat membantu mencegah ketegangan. Latihan penguatan untuk otot inti dan pinggul juga penting.
  • Pemanasan Sebelum Aktivitas: Selalu lakukan pemanasan sebelum memulai aktivitas fisik yang intens. Pemanasan membantu meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi risiko cedera otot.
  • Perbaiki Postur: Memperhatikan postur tubuh, terutama saat duduk atau berdiri dalam waktu lama, dapat membantu mengurangi tekanan pada otot piriformis dan saraf skiatik.
  • Hindari Gerakan Berulang: Hindari gerakan berulang yang dapat menyebabkan ketegangan pada otot piriformis. Jika pekerjaan atau aktivitas mengharuskan gerakan berulang, pastikan untuk mengambil istirahat yang cukup.
  • Gunakan Teknik yang Benar: Saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik, pastikan untuk menggunakan teknik yang benar untuk mengurangi risiko cedera. Konsultasikan dengan pelatih atau fisioterapis jika diperlukan.

dr. Juan Suseno, Sp.KFR

dr. Juan Suseno Haryanto, Sp.KFR menyelesaikan spesialisasi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Universitas Diponegoro pada tahun 2003. Beliau mempunyai peminatan pada tumbuh kembang anak dan penanganan nyeri dengan menggunakan modalitas dan latihan ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.