Exostosis

Exostosis

3 mins read

Exostosis adalah pertumbuhan tulang baru yang abnormal di atas permukaan tulang yang sudah ada. Dalam istilah medis, kondisi ini juga dikenal sebagai osteochondroma jika mengandung komponen tulang rawan.

Kondisi ini bisa muncul di berbagai bagian tubuh, seperti tulang panjang (seperti tulang paha atau tulang lengan), tulang rusuk, bahkan di saluran telinga. Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai exostosis, mulai dari penyebab, gejala, jenis, hingga cara mengatasinya.


Apa Itu Exostosis?

Exostosis adalah pertumbuhan tambahan pada tulang yang bisa bersifat jinak (non-kanker) namun dalam beberapa kasus bisa menimbulkan gejala yang mengganggu. Meskipun sebagian besar kasus tidak menimbulkan rasa sakit, kondisi ini bisa menjadi masalah jika menekan saraf, otot, atau jaringan di sekitarnya.

Pertumbuhan tulang ini bisa bersifat tunggal maupun multipel. Pada beberapa orang, exostosis dapat muncul sebagai kondisi turunan, seperti pada penyakit multiple hereditary exostoses (MHE).


Penyebab Exostosis

Penyebab exostosis dapat bervariasi tergantung lokasi dan jenisnya. Beberapa faktor penyebab antara lain:

1. Faktor Genetik

Kondisi ini bisa diwariskan dalam keluarga. Kondisi multiple hereditary exostoses (MHE) adalah kelainan genetik yang menyebabkan pertumbuhan beberapa exostosis, biasanya sejak masa kanak-kanak.

2. Iritasi atau Tekanan Kronis

Exostosis di area tertentu seperti telinga bisa disebabkan oleh iritasi atau paparan berulang, misalnya pada orang yang sering berenang di air dingin (dikenal sebagai surfer’s ear).

3. Trauma atau Cedera

Beberapa kasus exostosis terjadi akibat trauma berulang pada bagian tubuh tertentu yang memicu pembentukan tulang baru sebagai respon penyembuhan.

4. Gangguan Pertumbuhan Tulang

Pertumbuhan tulang yang tidak normal selama masa pertumbuhan juga bisa menyebabkan pembentukan exostosis, terutama pada anak-anak dan remaja.


Gejala Exostosis

Banyak kasus exostosis tidak menunjukkan gejala dan ditemukan secara tidak sengaja melalui pemeriksaan X-ray. Namun, jika exostosis menekan saraf, pembuluh darah, atau jaringan lunak, gejala bisa muncul, antara lain:

  • Benjolan keras di bawah kulit
  • Nyeri saat bergerak atau ditekan
  • Mati rasa atau kesemutan jika menekan saraf
  • Keterbatasan gerakan
  • Perubahan postur tubuh (jika terjadi di tulang belakang)

Pada kasus surfer’s ear, gejala bisa berupa:

  • Gangguan pendengaran
  • Infeksi telinga berulang
  • Rasa penuh di telinga

Jenis-Jenis Exostosis

Berikut beberapa jenis exostosis berdasarkan lokasi dan karakteristiknya:

1. Osteochondroma

Ini adalah jenis exostosis paling umum. Biasanya terjadi di tulang panjang seperti femur atau tibia dan mengandung tulang rawan.

2. Subungual

Terjadi di bawah kuku, umumnya di jempol kaki atau tangan. Bisa menimbulkan rasa sakit dan mengganggu pertumbuhan kuku.

3. Surfer’s Ear

Pertumbuhan tulang di saluran telinga akibat paparan air dingin dan angin. Umum terjadi pada perenang dan peselancar.

4. Multiple Hereditary Exostoses (MHE)

Kondisi genetik di mana banyak exostosis tumbuh di berbagai bagian tubuh, biasanya mulai sejak masa anak-anak.


Diagnosis

Untuk mendiagnosis exostosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa tes penunjang seperti:

  • Rontgen (X-ray): Untuk melihat lokasi dan ukuran pertumbuhan tulang
  • CT Scan atau MRI: Jika diperlukan gambaran lebih detail, terutama jika kondisi ini dekat dengan saraf atau pembuluh darah
  • Biopsi: Jarang dilakukan, kecuali ada kecurigaan keganasan

Komplikasi Exostosis

Meskipun sebagian besar bersifat jinak, tetap ada risiko komplikasi, terutama jika:

  • Menekan saraf atau pembuluh darah
  • Mengganggu pertumbuhan tulang pada anak-anak
  • Menyebabkan deformitas atau gangguan fungsi gerak

Dalam kasus sangat jarang, exostosis bisa berubah menjadi kanker tulang (chondrosarcoma)


Pengobatan dan Penanganan Exostosis

1. Pengawasan Rutin

Jika tidak menimbulkan gejala atau gangguan fungsi, biasanya cukup dipantau secara berkala dengan pemeriksaan radiologi.

2. Terapi Nyeri

Untuk kasus dengan nyeri ringan, obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) seperti ibuprofen dapat digunakan.

3. Fisioterapi

Jika menyebabkan keterbatasan gerakan atau ketegangan otot, fisioterapi bisa membantu mengembalikan fungsi otot dan sendi.

4. Operasi Pengangkatan

Tindakan pembedahan dilakukan jika:

  • Menyebabkan nyeri hebat
  • Mengganggu aktivitas sehari-hari
  • Menekan saraf atau pembuluh darah
  • Memiliki risiko perubahan menjadi kanker

Operasi umumnya aman dan dilakukan oleh ortopedi. Pasien biasanya bisa pulih dalam beberapa minggu tergantung lokasi dan kompleksitas pembedahan.


Pencegahan Exostosis

Tidak semua jenis exostosis bisa dicegah, terutama jika bersifat genetik. Namun, beberapa langkah berikut dapat membantu mengurangi risiko:

  • Menghindari trauma berulang pada area tubuh tertentu
  • Menggunakan pelindung saat olahraga atau aktivitas berat
  • Menghindari paparan air dingin ekstrem jika sering berenang atau menyelam

Sebagian besar penderita tetap bisa menjalani hidup normal, terutama jika kondisi ini dipantau dan ditangani dengan baik. Edukasi dan pemahaman mengenai gejala serta kapan harus ke dokter adalah kunci utama.

Jika kamu atau anggota keluarga memiliki riwayat penyakit ini, penting untuk melakukan pemeriksaan secara rutin, terutama pada masa pertumbuhan anak.


FAQ

Q: Apakah exostosis itu kanker?

A: Tidak. Exostosis adalah pertumbuhan tulang jinak, bukan kanker. Namun, pada kasus langka bisa berubah menjadi kanker (chondrosarcoma), terutama jika bertambah cepat dan nyeri terus-menerus.

Q: Apakah semua exostosis harus dioperasi?

A: Tidak. Operasi hanya dilakukan jika mengganggu aktivitas, menekan saraf, atau menimbulkan nyeri hebat.

Q: Apakah exostosis bisa sembuh total?

A: Setelah operasi pengangkatan, biasanya exostosis tidak tumbuh kembali. Namun, pada kasus genetik seperti MHE, pertumbuhan baru masih mungkin terjadi.

Q: Apakah exostosis bisa dicegah?

A: Untuk kasus genetik, tidak bisa dicegah. Namun, hindari trauma dan iritasi berulang untuk meminimalisir risiko.

Q: Siapa yang berisiko mengalami exostosis telinga (surfer’s ear)?

A: Orang yang sering berenang atau menyelam di air dingin, seperti peselancar, penyelam, dan perenang air terbuka.

DR. dr. I. Rika Haryono, Sp.KO

DR. dr. I. Rika Haryono seorang Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga. Beliau lulus profesi dokter umum dari Fakultas Kedokteran Atma Jaya Jakarta pada tahun 1995, lalu melanjutkan pendidikan profesi kedokteran olahraga dari Prodi Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2005, dan melengkapi keilmuannya dengan menimba ilmu di Prodi S3 Kedokteran FKUI tahun 2016.