Enthesitis

Enthesitis

6 mins read

Enthesitis adalah istilah medis yang mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat luas, namun sebenarnya menjadi salah satu penyebab utama nyeri sendi dan ketidaknyamanan gerak, terutama pada penderita gangguan autoimun. Dalam artikel ini, Anda akan mengenal secara lengkap apa itu enthesitis, penyebabnya, bagaimana gejalanya, diagnosis, hingga cara mengobatinya dengan bahasa yang mudah dipahami dan tidak membosankan.


Apa Itu Enthesitis?

Enthesitis berasal dari kata “enthesis”, yang merujuk pada titik perlekatan antara tendon atau ligamen ke tulang. Ketika bagian ini mengalami peradangan, maka disebut sebagai enthesitis.

Sebagai analogi, bayangkan tendon seperti tali karet yang menghubungkan otot ke tulang. Ujung dari tali ini ditanam ke tulang — itulah enthesis. Ketika titik perlekatan ini meradang, akan muncul nyeri dan gangguan fungsi yang signifikan.

Enthesitis bukan sekadar “sakit otot biasa”. Ia bisa menjadi tanda awal dari penyakit autoimun, seperti spondyloarthritis atau psoriasis artritis.


Mengapa Enthesitis Bisa Terjadi?

1. Penyakit Autoimun

Penyebab paling umum enthesitis adalah spondyloarthritis, yaitu kelompok penyakit radang sendi yang menyerang tulang belakang dan sendi besar. Termasuk di dalamnya:

  • Ankylosing spondylitis
  • Psoriatic arthritis
  • Reactive arthritis
  • Enteropathic arthritis (berkaitan dengan penyakit Crohn atau kolitis ulseratif)

Dalam kasus ini, sistem imun tubuh menyerang jaringan sehat di area enthesis, menyebabkan peradangan kronis.

2. Overuse atau Cedera Mekanis

Bagi atlet atau orang yang sering melakukan aktivitas berulang (seperti berlari, melompat, atau mengangkat beban), enthesis bisa mengalami tekanan terus-menerus dan akhirnya meradang.

Contohnya:

  • Plantar fasciitis → Enthesitis di tumit
  • Tennis elbow → Enthesitis di siku
  • Achilles tendinitis → Enthesitis di perlekatan tendon Achilles ke tumit

3. Infeksi atau Trauma Langsung

Meski jarang, infeksi tertentu atau benturan langsung juga bisa memicu peradangan di area enthesis.


Gejala Enthesitis: Apa yang Harus Diwaspadai?

Enthesitis bisa muncul secara perlahan atau tiba-tiba, tergantung penyebabnya. Berikut adalah gejala khas yang sering dikeluhkan pasien:

1. Nyeri di Titik Tertentu

Biasanya di lokasi enthesis, seperti:

  • Tumit (tendon Achilles)
  • Telapak kaki (plantar fascia)
  • Lutut (patella)
  • Pinggul
  • Siku
  • Bahu

2. Bengkak Lokal

Terjadi di sekitar titik perlekatan tendon, disertai kemerahan atau hangat.

3. Kaku di Pagi Hari

Penderita sering merasa kaku dan sulit bergerak, terutama saat bangun tidur.

4. Nyeri Saat Ditekan

Menekan area enthesis (misalnya tumit) akan menimbulkan nyeri tajam.

5. Terbatasnya Ruang Gerak

Peradangan kronis bisa membuat otot dan tendon di sekitar enthesis kehilangan fleksibilitas.


Lokasi Enthesitis yang Paling Umum

Berikut beberapa lokasi yang paling sering mengalami enthesitis:

Lokasi Nama Medis Penyakit Terkait
Tumit Achilles Enthesitis Spondyloarthritis, Atletik
Telapak kaki Plantar Enthesitis Psoriatic arthritis
Siku Lateral Epicondylitis Tennis Elbow
Punggung bawah Pelvic Enthesitis Ankylosing Spondylitis
Lutut Patellar Enthesitis Overuse, Arthritis

Bagaimana Diagnosis Enthesitis Dilakukan?

Diagnosis enthesitis tidak selalu mudah, karena bisa menyerupai kondisi lain seperti tendinitis, bursitis, atau radang sendi biasa. Oleh karena itu, dokter muskuloskeletal atau reumatologis akan melakukan pendekatan menyeluruh, antara lain:

1. Wawancara Medis Lengkap

Menanyakan riwayat penyakit autoimun, riwayat keluarga, pola nyeri, dan aktivitas harian.

2. Pemeriksaan Fisik

  • Menekan titik-titik enthesis untuk memicu nyeri

  • Melihat apakah ada pembengkakan, kemerahan, atau keterbatasan gerak

3. Pemeriksaan Penunjang

  • USG muskuloskeletal: Bisa mendeteksi pembengkakan atau penumpukan cairan di enthesis.

  • MRI: Untuk melihat inflamasi lebih dalam.

  • X-ray: Kadang menunjukkan perubahan tulang kronis seperti sindesmofit (tulang baru).

  • Tes darah: Seperti HLA-B27 (pada ankylosing spondylitis), CRP/ESR (indikator inflamasi), dan faktor autoimun lainnya.


Perbedaan Enthesitis dengan Tendinitis

Banyak orang menyamakan enthesitis dengan tendinitis, padahal berbeda:

Aspek Enthesitis Tendinitis
Lokasi Titik perlekatan ke tulang Sepanjang tendon
Penyebab Umum Autoimun, overload Overuse, trauma
Respon Imun Lebih sistemik Lokal
Respons terhadap obat Perlu terapi antiinflamasi & imunologi Cukup dengan anti nyeri & istirahat

Bagaimana Cara Mengobati Enthesitis?

Pendekatan pengobatan enthesitis tergantung penyebabnya, apakah karena penyakit autoimun atau karena overuse. Umumnya kombinasi dari:

1. Obat-Obatan

  • NSAID (Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs) seperti ibuprofen, naproxen → Mengurangi nyeri dan bengkak
  • Corticosteroid → Untuk kasus yang parah, bisa disuntikkan langsung ke area enthesis
  • DMARDs (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) seperti methotrexate → Digunakan bila penyebabnya penyakit autoimun
  • Biologics (Anti-TNF) seperti adalimumab atau etanercept → Sangat efektif untuk spondyloarthritis yang resisten

2. Fisioterapi

  • Peregangan otot-otot sekitar enthesis
  • Latihan penguatan otot (isometrik)
  • Modalitas seperti ultrasound terapi, TENS, dan cryotherapy

3. Modifikasi Aktivitas

  • Hindari aktivitas berulang atau beban berat
  • Gunakan sepatu dengan bantalan yang baik jika enthesitis di kaki
  • Istirahat yang cukup untuk memberi waktu pemulihan jaringan

4. Perubahan Gaya Hidup

  • Menurunkan berat badan jika overweight
  • Nutrisi antiinflamasi (seperti omega-3, vitamin D)
  • Mengelola stres karena dapat memperburuk flare autoimun

Komplikasi Jika Enthesitis Tidak Diobati

Enthesitis yang dibiarkan tanpa penanganan bisa berujung pada:

  • Kekakuan kronis
  • Kalsifikasi enthesis (terbentuknya tulang baru di titik perlekatan)
  • Erosi tulang
  • Gangguan fungsi sendi
  • Rasa nyeri berkepanjangan dan menurunnya kualitas hidup

Terutama pada pasien dengan penyakit autoimun, enthesitis bisa menjadi cikal bakal kerusakan sendi yang progresif.


Siapa yang Berisiko Mengalami Enthesitis?

Berikut adalah kelompok yang lebih rentan mengalami enthesitis:

  • Penderita psoriasis atau radang usus
  • Memiliki riwayat keluarga dengan arthritis autoimun
  • Atlet lari, basket, sepak bola
  • Orang dengan postur tubuh tidak seimbang
  • Lansia dengan gangguan degeneratif

Tips Mencegah Enthesitis

Meski tidak selalu bisa dicegah, ada beberapa langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan:

  1. Pemanasan dan pendinginan saat olahraga
  2. Gunakan alas kaki yang sesuai
  3. Jaga postur tubuh saat bekerja di depan komputer
  4. Jangan paksakan tubuh saat lelah atau sakit
  5. Rutin peregangan dan olahraga ringan
  6. Segera konsultasi jika ada nyeri otot/tulang yang berulang di tempat sama

Latihan Ringan di Rumah untuk Penderita Enthesitis

Salah satu kunci pemulihan enthesitis — selain obat — adalah latihan fisik yang tepat. Tapi hati-hati! Gerakan yang salah bisa memperburuk kondisi. Berikut latihan yang disarankan untuk enthesitis ringan hingga sedang:

1. Wall Calf Stretch (untuk tumit)

  • Berdiri menghadap tembok, satu kaki maju, satu ke belakang
  • Tekuk kaki depan, jaga tumit belakang tetap menyentuh lantai
  • Tahan 20–30 detik, ulangi 3–5 kali

2. Quad Stretch (untuk lutut dan pinggul)

  • Berdiri, tarik tumit ke arah bokong dengan tangan
  • Rasakan peregangan di paha depan
  • Tahan 30 detik, ganti kaki

3. Foam Rolling pada Betis dan Paha

  • Untuk membantu relaksasi otot sekitar enthesis
  • Hindari menekan langsung pada titik nyeri utama

4. Isometric Hold

  • Contohnya: duduk di kursi, tahan lutut dalam posisi lurus selama 10 detik, ulangi 5 kali
  • Cocok untuk memperkuat otot tanpa gerakan yang menyakitkan

Catatan: Selalu konsultasikan dengan fisioterapis atau dokter sebelum memulai program latihan, terutama jika nyeri masih aktif.


Pola Makan untuk Penderita Enthesitis: Anti Inflamasi adalah Kunci

Karena enthesitis berkaitan erat dengan inflamasi, menjaga pola makan sangat penting.

Makanan yang Membantu Mengurangi Inflamasi:

  • Ikan berlemak (salmon, sarden) → kaya omega-3
  • Buah beri (blueberry, stroberi) → antioksidan tinggi
  • Kunyit → memiliki senyawa kurkumin anti-inflamasi
  • Sayuran hijau (bayam, kale)
  • Minyak zaitun extra virgin

Makanan yang Sebaiknya Dihindari:

  • Makanan tinggi gula (permen, soda)
  • Karbohidrat olahan (roti putih, pasta)
  • Daging olahan (sosis, ham)
  • Gorengan dan lemak trans
  • Alkohol berlebihan

Tips: Buat jurnal makanan untuk melihat pola apakah makanan tertentu memicu flare enthesitis.


Apa Bedanya Enthesitis dengan Penyakit Lain?

Agar tidak salah mengira, mari bandingkan enthesitis dengan kondisi umum lainnya:

Kondisi Lokasi Nyeri Sifat Nyeri Pemicu
Enthesitis Titik perlekatan tendon ke tulang Nyeri dalam, tajam saat ditekan Autoimun, overuse
Tendinitis Sepanjang tendon Nyeri tumpul, berdenyut Aktivitas berulang
Bursitis Kantong cairan sendi (bursa) Nyeri tumpul, kadang disertai demam lokal Infeksi, tekanan lokal
Fibromyalgia Otot & jaringan lunak Nyeri menyebar, sering disertai kelelahan Stres, sensitivitas sistem saraf
Osteoarthritis Dalam sendi Nyeri saat aktivitas, kaku Penuaan, degeneratif

Tes HLA-B27 dan Hubungannya dengan Enthesitis

Jika dokter mencurigai enthesitis yang disebabkan oleh spondyloarthritis, salah satu tes darah yang penting adalah HLA-B27.

Apa itu HLA-B27?

HLA-B27 adalah gen yang berhubungan dengan peningkatan risiko ankylosing spondylitis dan psoriatic arthritis.

Apakah HLA-B27 Positif Pasti Artinya Sakit?

Tidak selalu. Sekitar 7–10% populasi sehat bisa memiliki HLA-B27 positif tanpa gejala. Namun, jika HLA-B27 positif dan mengalami gejala enthesitis + nyeri punggung bawah kronis, maka diagnosis spondyloarthritis perlu dipertimbangkan serius.


FAQ: Pertanyaan yang Sering Ditanyakan tentang Enthesitis

❓ Apakah Enthesitis Bisa Sembuh Total?

Jika disebabkan oleh overuse biasa, enthesitis bisa sembuh total dengan istirahat, fisioterapi, dan pengobatan. Tapi jika berkaitan dengan autoimun, tidak bisa “disembuhkan”, namun bisa dikontrol dan remisi dalam jangka panjang.


❓ Kapan Harus ke Dokter?

Jika nyeri di area tertentu:

  • Berlangsung >2 minggu

  • Memburuk di pagi hari

  • Disertai kaku atau bengkak

  • Tidak membaik dengan obat biasa

Segera konsultasikan ke dokter muskuloskeletal, ortopedi, atau reumatolog.


❓ Apakah Enthesitis Berbahaya?

Secara langsung, tidak menyebabkan kematian. Tapi jika dibiarkan, bisa menyebabkan:

  • Kerusakan jaringan permanen

  • Gangguan gerak

  • Penurunan kualitas hidup

Apalagi jika merupakan gejala awal penyakit sistemik seperti arthritis autoimun.


❓ Apakah Bisa Olahraga dengan Enthesitis?

Ya, tapi harus jenis low-impact dan dengan pemandu profesional. Yoga, peregangan, renang ringan, dan latihan isometrik sangat membantu.


Penutup: Dengarkan Sinyal Tubuh Anda

Jangan abaikan nyeri yang muncul berulang kali di tempat sama. Enthesitis bukan sekadar “keseleo” biasa. Ia bisa menjadi sinyal awal dari masalah kesehatan yang lebih besar — dan semakin dini ditangani, semakin baik hasilnya.

Kombinasi pengobatan, terapi fisik, pola makan sehat, dan perubahan gaya hidup bisa membantu mengendalikan gejala dan mencegah kekambuhan.

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala enthesitis, konsultasikan ke profesional kesehatan terpercaya. Jangan tunggu hingga rasa nyeri membatasi aktivitas harian Anda.


Kesimpulan

Enthesitis mungkin terdengar asing, namun ia bisa menjadi masalah besar jika tidak dikenali dan ditangani dengan benar. Peradangan di titik perlekatan tendon-ligamen ke tulang ini bisa menjadi tanda awal penyakit sistemik seperti psoriatic arthritis atau ankylosing spondylitis, tapi juga bisa muncul karena faktor mekanik.

Jika Anda sering mengalami nyeri di area tertentu — seperti tumit, siku, atau lutut — terutama disertai kekakuan pagi hari, jangan abaikan. Konsultasikan ke dokter, lakukan pemeriksaan menyeluruh, dan mulai penanganan sejak dini. Dengan terapi yang tepat, enthesitis bisa dikendalikan dan kualitas hidup Anda tetap terjaga.

DR. dr. I. Rika Haryono, Sp.KO

DR. dr. I. Rika Haryono seorang Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga. Beliau lulus profesi dokter umum dari Fakultas Kedokteran Atma Jaya Jakarta pada tahun 1995, lalu melanjutkan pendidikan profesi kedokteran olahraga dari Prodi Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2005, dan melengkapi keilmuannya dengan menimba ilmu di Prodi S3 Kedokteran FKUI tahun 2016.